Monday 5 January 2015

Dua Modal Utama Wapresdir Toyota Astra Motor Meraih Sukses

Dengan berbekal surat perpindahanya ke PT Astra Sedaya Finance atau lebih dikenal dengan Astra Credit Companies (ACC), Suparno Djasmin lantas mengurungkan niatnya untuk pindah kerja. Sambil mencoba meneruskan kuliah sorenya, Abong, begitu ia akrab disapa, mulai mengecap karir di ACC. Berbagai divisi dijalani, mulai dari kepala cabang, pengembangan dan riset pasar, sampai layanan pelanggan. Semuanya dijalani Abong dalam posisi jabatan penyelia (manajer), periode dua tahun, Juni 1990 - Juni 1992.
Sayangnya, kuliah sore yang dilakukan sambil kerja di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) jadi terbengkalai. Kesibukannya ketika sudah masuk di ACC membuat Abong kesulitan berbagi jam kerja dan kuliah.
"Jadi sebenarnya sangat tanggung, tinggal skripsi saja karena sudah total 120 sks, saya sengaja ambil sks yang kurang perlu. Tapi, biarkanlah, yang penting saya sekolah bisa dapat ilmunya, bukan cuma kejar ijazahnya doang," beber Abong.
Namun, Abong merasa sangat diuntungkan karena Astra sebagai perusahaan mampu menyediakan pelatihan-pelatihan di luar yang mumpuni. Sehingga pengetahuannya dalam hal teori dan wawasannya terus bertambah seiring jabatannya yang makin menanjak.
Dengan berjalannya waktu, Grup Astra kala itu tengah menciptakan perusahaan baru di bidang asuransi jiwa, namanya , PT Astra Collonial Mutual Group Life. Perusahaan kemudian mencari level manajer golongan lima di seluruh anak Grup Astra, untuk mengisi jabatan Manajer Nasional .
"Ternyata, dari begitu banyaknya manajer golongan lima di Astra, saya yang dipanggil. Saya disuruh jualan asuransi, padahal dulu ada artis wanita yang mau jual polis asuransi pernah saya tolak. Sekarang malah disuruh pegang asuransi, jadi ada hokinya juga," kenang Abong.

Dikucilkan
Melihat tawaran itu, Abong justru merasa dirinya sempat dikucilkan oleh perusahaan. Dengan persasaan galau di dalam hatinya, ia lantas berkonsultasi dengan sejumlah mantan petingginya di Astra, mulai dari almarhum Michael D Ruslim, Ida Lunati, dan beberapa tokoh Astra lainnya.
"Dulunya pikir apa karena bahasa Inggris saya bagus, karena perusahaan ini merupakan gabungan dengan Australia. Tapi, setelah mendapat masukan, ternyata dijelaskan asuransi merupakan bisnis masa depan dan saya mantap mengemban tugas tersebut sebaik-baiknya," celoteh Abong.
Ternyata, karir Abong gemilang, sampai akhirnya menduduki jabatan Direktur Pemasaran di PT Astra CMG Life, mulai 2001. Terjun di dunia asuransi yang baru bagi Abong justru menciptakan tantangan tersendiri dalam karirnya. Akhirnya dengan ketekunannya belajar Abong membuktikan diri dengan prestasinya.

No comments:

Post a Comment